
Halo Sobat TV Review! Ketemu lagi sama gue, Daffa dari TV Review Spot. Kali ini, gue bakal ngajak kalian ngomongin salah satu anime yang paling diantisipasi dan bikin heboh di awal 2024: Solo Leveling! Sebagai penggemar manhwa Korea yang udah ngikutin cerita ini sejak lama, gue nggak sabar banget pengen bahas adaptasi animenya yang akhirnya rilis juga setelah penantian panjang.
Solo Leveling udah jadi fenomena global sejak versi webtoon-nya, dan sekarang A-1 Pictures berhasil menghadirkan cerita epik Sung Jinwoo ke layar kaca dengan kualitas animasi yang bikin mata melotot. Apakah adaptasi anime ini berhasil memenuhi ekspektasi tinggi para penggemar? Atau malah mengecewakan seperti beberapa adaptasi webtoon lainnya? Let’s dive in!
Sebelum kita masuk ke review, penting buat kita memahami dulu fenomena Solo Leveling. Serial ini awalnya adalah novel web karya Chugong yang kemudian diadaptasi menjadi webtoon/manhwa oleh DUBU (Jang Sung-rak) pada tahun 2018. Webtoon ini langsung meledak popularitasnya dan menjadi salah satu manhwa paling populer di dunia dengan jutaan pembaca.
Kesuksesan ini membuat fans berharap akan adaptasi animenya, tapi prosesnya tidak mudah. Ada rumor bahwa studio-studio Jepang enggan mengadaptasi Solo Leveling karena penggambaran karakter Jepang yang kurang positif dalam cerita aslinya. Namun akhirnya, A-1 Pictures (studio di balik Sword Art Online dan Kaguya-sama: Love is War) mengumumkan akan mengadaptasi Solo Leveling, dengan beberapa penyesuaian pada setting dan latar belakang karakter.
Anime Solo Leveling akhirnya tayang perdana pada Januari 2024 di Crunchyroll, dengan total 12 episode untuk season pertamanya. Menariknya, dalam adaptasi anime, setting cerita dipindahkan dari Korea Selatan ke Jepang, dan nama karakter utama diubah dari Sung Jinwoo menjadi Shun Mizushino (meskipun dalam versi internasional tetap menggunakan nama asli Korea).
Solo Leveling berlatar di dunia di mana portal misterius yang disebut “gate” mulai muncul, menghubungkan dunia manusia dengan dunia monster. Sebagai respons, sebagian manusia terbangun kekuatan supranatural dan menjadi “hunter” yang bertugas memasuki gate dan membunuh monster untuk melindungi kemanusiaan.
Sung Jinwoo adalah hunter terlemah yang ada, dijuluki “hunter E-rank yang paling lemah di dunia”. Dia terus berjuang memasuki gate berbahaya untuk mendapatkan uang demi biaya pengobatan ibunya yang sakit. Suatu hari, sebuah raid yang seharusnya mudah berubah menjadi mimpi buruk ketika seluruh tim hunter-nya terjebak dalam dungeon level tinggi. Di ambang kematian, Jinwoo tiba-tiba mendapatkan kemampuan unik yang memungkinkannya “naik level” seperti dalam game RPG—sesuatu yang tidak mungkin dilakukan hunter lain.
Dari sini, kita mengikuti perjalanan Jinwoo dari hunter terlemah menjadi yang terkuat, sambil mengungkap misteri di balik kekuatan barunya dan rahasia sebenarnya tentang gate dan monster yang mengancam dunia.
Mari kita mulai dengan aspek yang paling menonjol dari Solo Leveling: kualitas animasinya yang luar biasa. A-1 Pictures benar-benar all-out dalam mengadaptasi adegan-adegan pertarungan dan desain monster yang ikonik dari webtoon.
Pertarungan Jinwoo melawan Cerberus di episode 4, atau sequence melawan Ice Elves di episode 7-8 merupakan showcase teknologi animasi terkini dengan koreografi pertarungan yang dinamis, efek cahaya yang memukau, dan impact yang terasa kuat. Adegan Jinwoo menggunakan Stealth dan Shadow Extraction untuk pertama kalinya juga dieksekusi dengan sangat baik, menciptakan momen “OH MY GOD” yang membuat penonton terpukau.
Yang paling mengesankan adalah bagaimana studio berhasil mempertahankan estetika visual yang menjadi ciri khas webtoon—pallete warna gelap dengan aksen biru dan ungu yang iconic, terutama saat Jinwoo menggunakan kekuatannya. Bayangan-bayangan yang “menari” di sekitar Jinwoo terlihat menakjubkan dan sesuai dengan ekspektasi penggemar.
Desain karakter juga sangat setia pada sumber aslinya, dengan Jinwoo yang terlihat “glow up” seiring bertambahnya level, dari hunter kurus yang terlihat lemah menjadi badass dengan aura intimidasi yang kuat. Ekspresi wajah karakter juga detail, terutama saat menggambarkan ketakutan para hunter saat menghadapi monster, atau smirk Jinwoo yang iconic saat dia mulai menyadari kekuatannya.
Satu-satunya kritik kecil untuk animasi adalah beberapa adegan CGI untuk monster besar seperti Ant King yang kadang terasa sedikit kontras dengan animasi 2D di sekitarnya. Namun, ini adalah masalah minor yang tidak mengurangi keindahan visual secara keseluruhan.
Sebagai penggemar webtoon aslinya, saya harus mengakui bahwa adaptasi anime Solo Leveling sangat menghormati sumber materialnya. Season 1 mencakup sekitar 45-50 chapter pertama dari webtoon, yang merupakan arc “Awakening” hingga awal arc “Job Change”.
Pacing cerita terasa pas, tidak terlalu cepat hingga menghilangkan detail penting, namun juga tidak bertele-tele. Beberapa adegan internal monolog Jinwoo yang panjang di webtoon dipadatkan menjadi lebih efisien untuk format anime, tanpa kehilangan esensi karakternya.
Ada beberapa perubahan kecil seperti urutan beberapa kejadian atau detail minor, tapi tidak ada yang mengubah alur cerita secara signifikan. Misalnya, pertemuan Jinwoo dengan Yoo Jinho (Jin-Ho Yoo) sedikit berbeda urutannya, tapi tetap menghasilkan dinamika karakter yang sama.
Perubahan setting dari Korea ke Jepang memang cukup kontroversial di kalangan penggemar, tapi dalam eksekusinya, perubahan ini tidak terlalu mengganggu karena fokus cerita tetap pada perjalanan Jinwoo dan sistem hunter, bukan pada identitas nasionalnya. Bahkan, untuk versi internasional, nama-nama karakter tetap menggunakan versi Korea, sehingga penggemar webtoon tetap bisa merasa familiar.
Solo Leveling memang berfokus pada Sung Jinwoo, dan anime ini berhasil menangkap perjalanan karakternya dengan sangat baik. Kita melihat transformasinya dari hunter lemah yang penuh ketakutan menjadi predator yang percaya diri dan kuat. Voice actor Taito Ban memberikan performa yang luar biasa, menyampaikan perubahan gradual dalam kepribadian Jinwoo dengan nuansa yang tepat.
Karakter pendukung seperti Yoo Jinho, Cha Hae-in, dan Woo Jinchul juga mendapat porsi screen time yang cukup untuk membangun kepribadian mereka, meskipun tidak sedalam Jinwoo. Hubungan Jinwoo dengan adiknya, Sung Jinah, juga memberikan dimensi emosional yang penting untuk karakternya.
Antagonis seperti Hwang Dongsuk digambarkan dengan cukup meyakinkan sebagai hunter yang arogan dan merendahkan Jinwoo. Sementara misteri di balik sistem level up dan karakter “Architect” yang misterius mulai dibangun dengan baik sebagai setup untuk season berikutnya.
Yang kurang memuaskan mungkin adalah pengembangan beberapa karakter wanita yang terasa agak datar, seperti Cha Hae-in yang belum mendapat banyak screen time di season ini (meskipun fans manhwa tahu dia akan menjadi karakter penting di season mendatang).
Soundtrack Solo Leveling adalah salah satu aspek yang memperkuat pengalaman menonton. Opening theme “LEveL” oleh TOMORROW X TOGETHER (TXT) sangat catchy dan sesuai dengan tema cerita, sementara ending theme “Request” oleh ROOKIES menjadi penutup yang pas untuk setiap episode.
Background music selama adegan pertarungan juga epic, dengan track seperti “Arise” yang mengiringi momen-momen kunci Jinwoo menggunakan kekuatannya. Sound design untuk efek seperti suara monster, skill Jinwoo, atau impact dari serangan fisik juga sangat detail dan memberikan dimensi tambahan pada aksi yang terjadi di layar.
Voice acting dalam versi Jepang sangat solid, dengan Taito Ban sebagai Sung Jinwoo yang berhasil menangkap perubahan karakternya dari lemah menjadi kuat. Akting suara untuk karakter-karakter lain juga konsisten bagus, terutama untuk momen-momen emosional seperti kematian beberapa hunter atau ketakutan saat menghadapi monster kuat.
Di balik aksi spektakuler dan premis “power fantasy”, Solo Leveling sebenarnya mengeksplorasi beberapa tema yang cukup dalam:
Dunia hunter dalam Solo Leveling adalah metafora untuk ketidakadilan sistem sosial, di mana hunter rank tinggi menikmati kekayaan dan ketenaran, sementara hunter rank rendah seperti Jinwoo harus berjuang keras dan mempertaruhkan nyawa untuk upah minimal. Perjalanan Jinwoo bisa dilihat sebagai pemberontakan terhadap sistem yang tidak adil ini.
Seiring Jinwoo menjadi lebih kuat, anime ini mengeksplorasi bagaimana dia menggunakan kekuatannya. Meskipun kadang brutal terhadap musuh, Jinwoo tetap memiliki moral compass yang kuat, melindungi yang lemah dan tidak menyalahgunakan kekuatannya untuk keuntungan pribadi semata.
Motivasi awal Jinwoo adalah merawat ibu dan adiknya, menunjukkan tema keluarga yang kuat. Pengorbanannya memasuki gate berbahaya demi biaya pengobatan ibunya menjadi fondasi karakter yang membuat penonton berempati padanya.
Seiring Jinwoo berubah secara fisik dan mental, anime ini mengeksplorasi bagaimana kekuatan mempengaruhi identitas seseorang. Apakah Jinwoo masih orang yang sama setelah menjadi sangat kuat? Bagaimana orang lain memandangnya sekarang?
Solo Leveling sering dibandingkan dengan anime lain bergenre “power fantasy” atau isekai, seperti Sword Art Online, The Rising of the Shield Hero, atau That Time I Got Reincarnated as a Slime. Namun, ada beberapa hal yang membuat Solo Leveling menonjol:
Bagi penggemar genre fantasi dengan protagonis yang berkembang dari lemah menjadi kuat, mungkin juga akan menikmati Review The Wheel of Time Season 1 yang juga mengeksplorasi tema serupa meskipun dalam format live-action.
Tidak diragukan lagi, animasi adalah aspek terkuat dari Solo Leveling. Adegan pertarungan yang fluid, efek visual yang memukau, dan desain monster yang mendetail membuat setiap episode menjadi visual treat.
Season 1 berhasil menyeimbangkan antara pengembangan karakter, worldbuilding, dan aksi dengan pacing yang tidak terlalu cepat atau lambat.
Adaptasi yang menghormati webtoon aslinya, mempertahankan momen-momen ikonik dan esensi cerita yang dicintai penggemar.
Perjalanan Jinwoo dari hunter terlemah menjadi yang terkuat disajikan dengan meyakinkan, membuat penonton terus mendukung perkembangannya.
Musik yang memperkuat momen-momen kunci dan menciptakan atmosfer yang tepat untuk setiap adegan.
Beberapa karakter pendukung terasa kurang mendapat pengembangan yang cukup, terutama karakter wanita.
Meskipun secara keseluruhan animasi sangat bagus, ada beberapa momen di mana CGI untuk monster besar terasa kurang menyatu dengan animasi 2D.
Konsep “karakter lemah mendapat kekuatan unik dan menjadi kuat” bukanlah sesuatu yang baru dalam anime, meskipun Solo Leveling mengeksekusinya dengan baik.
Meskipun ada tema yang dalam, pembagian antara “baik” dan “jahat” cenderung hitam-putih, dengan sedikit area abu-abu moral.
Sebagai setup untuk season berikutnya, ending season 1 meninggalkan banyak pertanyaan tanpa jawaban, yang bisa membuat penonton baru merasa kurang puas.
Solo Leveling Season 1 mendapat penerimaan yang sangat positif dari kritikus dan penggemar. Di MyAnimeList, anime ini mendapat rating 8.72/10 (per Maret 2024), menempatkannya di antara anime rating tertinggi untuk season Winter 2024.
Di media sosial, anime ini konsisten menjadi trending topic setiap episode baru tayang, dengan momen-momen seperti Jinwoo melawan Cerberus atau penggunaan Shadow Extraction pertama kali menjadi viral di platform seperti Twitter, TikTok, dan YouTube.
Dari segi viewership, Crunchyroll melaporkan bahwa Solo Leveling adalah salah satu anime paling banyak ditonton di platform mereka untuk season Winter 2024, menunjukkan popularitasnya yang luar biasa.
Yang menarik, anime ini juga berhasil menarik penonton baru yang belum familiar dengan webtoon aslinya, memperluas basis penggemar Solo Leveling secara signifikan. Banyak dari penonton baru ini kemudian beralih ke webtoon untuk melanjutkan cerita setelah season 1 berakhir.
Bagi penggemar serial fantasi populer lainnya, mungkin juga tertarik dengan Review House of the Dragon Season 1 dan Season 2 atau Urutan Menonton Spin-Off dan Prekuel Series Game of Thrones untuk pengalaman fantasi yang berbeda.
Meskipun belum ada pengumuman resmi tentang Season 2, melihat popularitas Season 1, sangat mungkin Solo Leveling akan mendapatkan kelanjutan. Berdasarkan webtoon, ada beberapa hal yang bisa diharapkan di season berikutnya (minor spoiler ahead):
Untuk update terbaru tentang kemungkinan Season 2 Solo Leveling dan anime lainnya yang akan datang, jangan lupa cek artikel Film Terbaru 2025 dan Berita Casting dan Produksi Wednesday Season 2.
Solo Leveling memiliki rating 17+ karena konten kekerasan dan beberapa adegan gore yang cukup eksplisit. Anime ini tidak cocok untuk penonton muda atau yang sensitif terhadap adegan kekerasan grafis.
Anime ini akan sangat dinikmati oleh:
Namun, anime ini mungkin kurang cocok untuk:
Bagi remaja yang mencari rekomendasi anime atau serial yang lebih sesuai untuk usia mereka, mungkin bisa mengecek Serial Netflix Paling Seru untuk Remaja untuk pilihan yang lebih cocok.
Setelah menganalisis berbagai aspek Solo Leveling Season 1, bisa disimpulkan bahwa anime ini berhasil memenuhi dan bahkan melampaui ekspektasi para penggemar webtoon. A-1 Pictures telah memberikan adaptasi yang menghormati sumber materialnya, dengan kualitas produksi tinggi yang menjadikan adegan-adegan ikonik dari webtoon menjadi lebih hidup dan spektakuler.
Kekuatan utama Solo Leveling terletak pada kualitas animasinya yang luar biasa, perjalanan karakter Jinwoo yang memikat, dan keseimbangan antara aksi, misteri, dan pengembangan cerita. Meskipun ada beberapa kelemahan minor seperti kurangnya pengembangan karakter pendukung, secara keseluruhan anime ini menawarkan pengalaman menonton yang sangat memuaskan.
Bagi yang belum familiar dengan webtoon aslinya, Solo Leveling menawarkan entry point yang sempurna ke dunia yang kaya dan cerita yang adiktif. Sementara bagi penggemar webtoon, adaptasi ini memberikan kesempatan untuk melihat momen-momen favorit mereka dihidupkan dengan animasi berkualitas tinggi.
Dengan rating 8.5/10, Solo Leveling Season 1 merupakan salah satu anime terbaik 2024 sejauh ini, dan sangat direkomendasikan bagi penggemar genre action-fantasy. Perjalanan Sung Jinwoo baru dimulai, dan jika Season 2 bisa mempertahankan atau bahkan meningkatkan kualitas Season 1, kita bisa menyaksikan kelahiran franchise anime baru yang akan dikenang untuk waktu yang lama.
Bagi yang tertarik melihat perbandingan Solo Leveling dengan serial populer lainnya, jangan lupa untuk mengecek Review Outer Banks Season 1-4 untuk melihat bagaimana serial berbeda genre juga bisa menghadirkan petualangan yang memikat dengan cara yang berbeda.
Artikel ini ditulis oleh Daffa Nur Rafie Alam, CEO PT Resukion Digital Media dan kontributor di TV Review Spot. Untuk ulasan serial TV dan film lainnya, kunjungi website kami dan ikuti terus update terbaru dari dunia hiburan!