
Halo Sobat TV Review! Ketemu lagi nih dengan gue, Daffa dari TV Review Spot. Kali ini, gue bakal ngajak kalian berpetualang ke dunia remaja yang penuh dengan misteri harta karun, konflik sosial, dan tentu saja, drama percintaan khas remaja. Yap, kita bakal bahas tuntas serial Netflix yang udah jadi fenomena global: Outer Banks, dari season 1 sampai 4!
Sebagai penggemar setia serial ini sejak awal kemunculannya di 2020, gue udah melewati berbagai rollercoaster emosi bareng John B dan gengnya. Dari awal petualangan mereka mencari harta karun Royal Merchant, sampai perkembangan terbaru di season 4 yang baru rilis. So, apakah serial ini masih worth it untuk ditonton? Atau justru makin lama makin ngawur? Let’s dive in!
Sebelum masuk ke review mendalam, penting buat kita memahami dulu konsep dasar Outer Banks. Serial ini pertama kali tayang di Netflix pada April 2020, di tengah-tengah pandemi COVID-19, dan langsung menarik perhatian penonton global dengan premis menariknya.
Outer Banks adalah serial drama remaja yang berlatar di kawasan pesisir North Carolina, tepatnya di kepulauan Outer Banks. Serial ini mengisahkan petualangan sekelompok remaja dari kalangan ekonomi bawah (dijuluki “Pogues”) yang dipimpin oleh John B (Chase Stokes) dalam pencarian harta karun senilai 400 juta dolar yang terkait dengan hilangnya ayah John B.
Yang membuat serial ini menarik adalah bagaimana ia menggabungkan beberapa genre sekaligus: drama remaja, misteri, petualangan pencarian harta karun, dan kritik sosial tentang kesenjangan kelas yang direpresentasikan melalui konflik antara Pogues (kelas pekerja) dan Kooks (kelas atas).
Nah, sekarang mari kita bahas satu per satu perjalanan Pogues dari season 1 hingga 4!
Season 1 memperkenalkan kita pada karakter utama: John B, JJ (Rudy Pankow), Pope (Jonathan Daviss), dan Kiara (Madison Bailey). Mereka adalah sekumpulan remaja yang menyebut diri mereka “Pogues” — istilah untuk penduduk kelas pekerja di Outer Banks. Di sisi lain ada “Kooks” — golongan kaya yang tinggal di bagian Figure Eight pulau tersebut, termasuk Sarah Cameron (Madelyn Cline) yang nantinya akan menjadi kekasih John B.
Cerita dimulai ketika badai melanda pulau dan John B beserta teman-temannya menemukan kapal karam yang memberi mereka petunjuk tentang hilangnya ayah John B, Big John. Petunjuk ini membawa mereka pada pencarian harta karun Royal Merchant — kapal yang tenggelam dengan membawa emas senilai 400 juta dolar. Pencarian ini semakin rumit ketika mereka harus berhadapan dengan Ward Cameron (Charles Esten), ayah Sarah yang ternyata punya hubungan gelap dengan hilangnya Big John.
Season 1 disajikan dengan sangat memikat. Cinematography-nya indah banget, menampilkan keindahan pantai dan laut North Carolina (meskipun sebenarnya difilmkan di Charleston, South Carolina). Tone warna hangat yang dominan memberikan nuansa musim panas yang sempurna, bikin kita sebagai penonton juga pengen ikutan liburan bareng Pogues.
Dari segi pacing, season 1 punya ritme yang pas. Setiap episode berhasil membangun misteri dan ketegangan, dengan twist yang cukup mengejutkan di setiap akhir episode yang bikin kita pengen langsung nonton episode berikutnya (ya, Netflix emang jago bikin serial yang bikin kecanduan).
Karakter-karakternya juga dibangun dengan baik. Meskipun di awal terkesan seperti stereotip remaja pada umumnya, tapi perlahan kita bisa melihat kedalaman dan kompleksitas masing-masing karakter, terutama JJ dengan latar belakang keluarga abusif-nya yang heartbreaking.
Season 1 Outer Banks menawarkan kombinasi sempurna antara drama remaja, petualangan, dan misteri yang dikemas dengan visual memukau. Meskipun ada beberapa plot hole dan momen yang agak tidak realistis, keseluruhan cerita berhasil memikat dan membuat penonton ingin tahu kelanjutannya.
Season 2 dimulai dengan John B dan Sarah yang selamat dari badai dan terdampar di Bahamas — kebetulan lokasi yang sama dengan tempat Ward menyembunyikan emas Royal Merchant. Sementara itu, di Outer Banks, JJ, Pope, dan Kiara berduka atas “kematian” John B dan Sarah sambil berusaha membersihkan nama John B yang dituduh membunuh Sheriff Peterkin.
Season ini memperkenalkan beberapa elemen baru dalam cerita, termasuk pencarian Cross of Santo Domingo yang terkait dengan Denmark Tanny — nenek moyang Pope. Kita juga diperkenalkan pada karakter baru seperti Limbrey (Elizabeth Mitchell), seorang wanita kaya yang sakit parah dan mencari “kain suci” yang dipercaya memiliki kekuatan penyembuhan.
Twist terbesar season ini adalah reveal bahwa Big John, ayah John B, ternyata masih hidup — sebuah kejutan yang mengubah arah cerita secara signifikan.
Season 2 punya skala yang lebih besar dari season sebelumnya. Setting tidak lagi terbatas di Outer Banks, tapi juga di Bahamas dan Charleston. Adegan aksi juga ditingkatkan, dengan lebih banyak pengejaran, baku tembak, dan momen-momen tegang yang membuat jantung berdebar.
Dari segi visual, season 2 tetap mempertahankan estetika yang menjadi ciri khas Outer Banks — warna-warna hangat, pemandangan laut yang indah, dan sinematografi yang memukau. Costume design juga on point, mencerminkan karakter dan latar belakang sosial masing-masing karakter.
Namun, di season 2 mulai terlihat beberapa kelemahan dalam penulisan cerita. Beberapa coincidence terasa terlalu dipaksakan, dan karakter-karakter utama seringkali lolos dari situasi berbahaya dengan cara yang agak tidak masuk akal. Plot armor mereka mulai terasa terlalu tebal.
Season 2 berhasil mempertahankan elemen-elemen yang membuat season 1 sukses, sambil memperluas skala cerita. Meskipun ada beberapa plot hole dan coincidence yang agak menganggu, keseluruhan season tetap menghibur dan menarik untuk diikuti.
Season 3 mengambil setting 18 bulan setelah akhir season 2. Pogues sekarang tinggal di sebuah pulau terpencil yang mereka sebut “Poguelandia” setelah berhasil kabur dengan emas dan Cross of Santo Domingo. Namun, ketenangan mereka tidak berlangsung lama ketika Carlos Singh (Andy McQueen), seorang pemburu harta karun berbahaya, menculik mereka untuk mencari El Dorado — kota emas legendaris.
Season ini juga mengeksplorasi hubungan John B dengan ayahnya, Big John, yang ternyata masih hidup. Hubungan ini tidak selalu mulus, karena Big John terobsesi dengan menemukan El Dorado, kadang mengorbankan keselamatan anaknya sendiri.
Ward Cameron yang sebelumnya berpura-pura mati kembali muncul, dan kita melihat perkembangan karakternya yang cukup menarik, terutama dalam hubungannya dengan Sarah.
Season 3 secara signifikan meningkatkan skala petualangan. Setting tidak lagi terbatas di Outer Banks atau Bahamas, tapi meluas ke Barbados, Venezuela, dan lokasi eksotis lainnya. Budget produksi terlihat lebih besar, dengan adegan aksi yang lebih spektakuler dan efek visual yang lebih meyakinkan.
Namun, dengan peningkatan skala ini, Outer Banks mulai kehilangan charm awalnya. Serial yang tadinya tentang sekumpulan remaja lokal mencari harta karun di daerah mereka, kini berubah menjadi petualangan global yang kadang terasa seperti film Indiana Jones atau National Treasure. Realisme yang masih terasa di season 1 sudah hampir sepenuhnya menghilang di season 3.
Pacing juga menjadi masalah di season ini. Beberapa episode terasa bertele-tele, sementara yang lain terlalu padat dengan aksi dan revelasi. Character development untuk beberapa karakter seperti Kiara dan JJ juga terasa stagnan, sementara fokus lebih banyak diberikan pada John B, Big John, dan Sarah.
Season 3 Outer Banks menawarkan petualangan yang lebih besar dan spektakuler, tapi mulai kehilangan realisme dan charm yang membuat season 1 spesial. Meskipun masih menghibur, season ini menunjukkan tanda-tanda bahwa serial ini mulai kehabisan ide segar.
Bagi yang menyukai serial dengan petualangan epik dan pencarian harta karun legendaris, mungkin juga akan tertarik dengan Review The Wheel of Time Season 1 yang juga menawarkan petualangan dengan skala besar.
Season 4 yang baru dirilis membawa arah baru untuk Pogues. Setelah menemukan El Dorado di akhir season 3, kelompok ini kini dikenal sebagai pahlawan dan mendirikan perusahaan pencarian harta karun mereka sendiri, “Pogues Inc.” Namun, ketenaran dan kekayaan membawa tantangan baru, termasuk dinamika kelompok yang berubah dan identitas mereka sebagai Pogues yang mulai dipertanyakan.
Season ini memperkenalkan misi baru: pencarian harta karun Blackbeard yang legendaris. Selain itu, storyline baru juga muncul terkait dengan masa lalu keluarga JJ yang ternyata punya koneksi dengan Blackbeard.
Season 4 juga lebih banyak mengeksplorasi hubungan romantis antar karakter, terutama JJ-Kiara dan Pope dengan karakter baru bernama Marla.
Secara produksi, season 4 masih mempertahankan kualitas visual yang tinggi. Lokasi syuting yang baru memberikan kesegaran visual, meskipun elemen “summer vibes” yang menjadi ciri khas serial ini mulai berkurang karena setting waktu yang berbeda.
Yang menarik di season 4 adalah bagaimana serial ini mencoba kembali ke akar ceritanya. Ada upaya untuk mengembalikan fokus pada dinamika kelompok dan konflik sosial antara Pogues dan Kooks, meskipun dalam konteks yang berbeda setelah Pogues menjadi kaya dan terkenal.
Penulisan karakter di season ini cukup solid, dengan beberapa karakter seperti JJ dan Pope mendapatkan arc yang lebih memuaskan dibandingkan season sebelumnya. Namun, beberapa storyline baru terasa dipaksakan dan tidak terhubung secara organik dengan cerita sebelumnya.
Season 4 menunjukkan upaya serial ini untuk menemukan arah baru setelah menyelesaikan storyline utama di season sebelumnya. Meskipun tidak sekuat season 1, season ini berhasil memberikan kesegaran dan membuka kemungkinan untuk pengembangan cerita di masa depan.
Salah satu kekuatan utama Outer Banks adalah pengembangan karakter yang konsisten sepanjang 4 season. Mari kita lihat bagaimana karakter utama berevolusi:
John B memulai perjalanannya sebagai remaja yang terobsesi mencari ayahnya yang hilang. Di season 1, dia adalah pemimpin Pogues yang impulsif tapi karismatik. Perjalanannya membawanya dari remaja pencari harta karun menjadi seseorang yang harus menghadapi kompleksitas hubungan dengan ayahnya sendiri di season 3.
Di season 4, John B menghadapi krisis identitas setelah menjadi kaya dan terkenal. Dia harus mendefinisikan ulang siapa dirinya tanpa misi mencari ayahnya atau harta karun sebagai pendorong utama. Perkembangan John B dari remaja impulsif menjadi pria muda yang lebih matang dan reflektif adalah salah satu arc karakter yang paling memuaskan dalam serial ini.
Sarah mengalami salah satu transformasi paling dramatis. Dimulai sebagai “Princess of Kooks” yang privileged, Sarah memutuskan untuk meninggalkan keluarganya yang disfungsional dan bergabung dengan Pogues. Hubungannya dengan John B menjadi pusat perkembangan karakternya, tapi di season 3 dan 4, Sarah mulai menemukan identitasnya sendiri di luar hubungan romantisnya.
Konflik Sarah dengan ayahnya, Ward, juga mengalami evolusi menarik — dari kebencian dan pengkhianatan hingga semacam rekonsiliasi dan pengertian di season akhir. Kompleksitas hubungan ayah-anak ini memberikan kedalaman pada karakter Sarah.
JJ mungkin adalah karakter dengan arc emosional paling kuat. Diperkenalkan sebagai karakter comic relief dengan latar belakang keluarga abusif, JJ perlahan-lahan menunjukkan kedalaman emosional dan kerentanan di balik fasad tough guy-nya.
Season 2 memberikan beberapa momen paling powerful untuk JJ, terutama dalam hubungannya dengan ayahnya. Di season 3 dan 4, hubungan JJ dengan Kiara menjadi fokus utama, menunjukkan kemampuannya untuk membuka diri dan menerima cinta setelah masa kecil yang traumatis.
Pope dimulai sebagai karakter “otak” dari kelompok — siswa teladan yang berhati-hati dan rasional. Season 2 memberikan spotlight pada Pope dengan revelasi bahwa dia adalah keturunan Denmark Tanny. Ini memberinya motivasi personal dalam pencarian Cross of Santo Domingo.
Di season berikutnya, Pope berkembang dari karakter yang selalu mengikuti aturan menjadi seseorang yang lebih berani mengambil risiko dan memprioritaskan loyalitas pada teman-temannya di atas ambisi akademisnya.
Kiara (Kie) adalah karakter yang berada di antara dua dunia — lahir sebagai Kook tapi memilih untuk bergabung dengan Pogues. Perkembangan karakternya berfokus pada konflik dengan orangtuanya yang tidak menyetujui pertemanannya dengan Pogues, dan kemudian hubungan romantisnya dengan JJ di season akhir.
Meskipun Kiara seringkali tidak mendapatkan storyline sebanyak karakter lain, perkembangannya dari aktivis lingkungan yang idealis menjadi anggota Pogues yang lebih pragmatis tapi tetap berprinsip cukup menarik untuk diikuti.
Salah satu aspek paling konsisten dari Outer Banks adalah cinematography-nya yang stunning. Dari pemandangan pantai yang indah di season 1 hingga visualisasi El Dorado di season 3, serial ini selalu menawarkan treat visual yang memanjakan mata. Color grading dengan tone hangat yang konsisten juga memberikan identitas visual yang kuat untuk serial ini.
Persahabatan Pogues terasa sangat autentik dan menjadi jantung dari serial ini. Chemistry antar pemain terasa natural, baik dalam momen-momen serius maupun komedi. Ini adalah salah satu alasan utama mengapa penonton tetap invested dengan nasib karakter-karakter ini meskipun plotnya kadang terasa absurd.
Outer Banks berhasil menyeimbangkan beberapa genre sekaligus: drama remaja, petualangan aksi, misteri, dan romansa. Keseimbangan ini membuat serial ini bisa dinikmati oleh berbagai kalangan penonton.
Setiap episode dan season berakhir dengan cliffhanger yang membuat penonton penasaran dan ingin segera menonton kelanjutannya. Ini adalah strategi storytelling yang sangat efektif untuk serial streaming.
Meskipun bukan fokus utama, serial ini berhasil menggambarkan kesenjangan sosial antara Pogues dan Kooks dengan cara yang relevan dan tidak terkesan menggurui.
Seiring berjalannya season, karakter utama seringkali lolos dari situasi yang sangat berbahaya dengan cara yang tidak masuk akal. Ini mengurangi stake dan tension dalam cerita karena penonton tahu karakter utama pasti selamat.
Terlalu banyak kebetulan yang menguntungkan protagonis, terutama di season lanjut. Misalnya, mereka selalu berhasil menemukan petunjuk atau bertemu orang yang tepat di waktu yang tepat.
Dari pencarian harta karun lokal di season 1, cerita berkembang menjadi petualangan global mencari El Dorado di season 3. Eskalasi ini membuat serial kehilangan realisme dan charm awalnya.
Beberapa keputusan karakter, terutama antagonis seperti Rafe dan Ward, kadang tidak konsisten dan terasa hanya untuk mendorong plot.
Setiap season cenderung mengikuti formula yang sama: mencari harta karun, dikejar penjahat, hampir tertangkap, menemukan petunjuk baru, dan seterusnya. Formula ini mulai terasa repetitif di season lanjut.
Outer Banks muncul di saat yang tepat — April 2020, ketika pandemi COVID-19 memaksa banyak orang di seluruh dunia untuk tinggal di rumah. Serial ini menawarkan escapism yang sempurna dengan setting pantai yang indah dan petualangan seru di saat banyak orang tidak bisa bepergian.
Popularitas serial ini sangat signifikan, terutama di kalangan remaja dan dewasa muda. Outer Banks konsisten masuk dalam daftar 10 serial paling banyak ditonton di Netflix setiap kali season baru dirilis. Para pemainnya juga menjadi selebriti baru yang popularitasnya meningkat pesat, dengan jutaan follower di media sosial.
Dari segi dampak kultural, Outer Banks menciptakan beberapa tren fashion yang populer, seperti bandana John B dan gaya pakaian musim panas yang santai tapi stylish. Istilah “Pogue Life” juga menjadi semacam mantra yang populer di kalangan penggemar, merepresentasikan gaya hidup bebas dan loyal pada teman.
Serial ini juga meningkatkan minat wisata ke Outer Banks yang sebenarnya di North Carolina, meskipun ironinya serial ini sebagian besar difilmkan di South Carolina karena masalah politik terkait undang-undang anti-LGBTQ+ di North Carolina.
Bagi yang menyukai serial remaja populer lainnya, jangan lupa untuk mengecek Serial Netflix Paling Seru untuk Remaja untuk rekomendasi serial serupa.
Sebagai serial yang targetnya remaja dan dewasa muda, Outer Banks sering dibandingkan dengan serial Netflix lainnya seperti Stranger Things, On My Block, atau Elite. Dibandingkan dengan serial-serial tersebut, Outer Banks memiliki beberapa keunikan:
Setting pesisir dan fokus pada perbedaan kelas sosial memberikan Outer Banks identitas yang khas dibandingkan serial remaja lainnya yang seringkali berlatar sekolah atau perkotaan.
Berbeda dengan banyak serial remaja yang berfokus pada drama sekolah atau coming-of-age, Outer Banks memadukan elemen petualangan dan pencarian harta karun yang memberikan energi berbeda.
Dibandingkan serial seperti Stranger Things yang memiliki karakter dewasa yang signifikan, Outer Banks lebih berfokus pada remaja dengan minimal campur tangan karakter dewasa (kebanyakan sebagai antagonis).
Meskipun ada elemen bahaya dan kekerasan, Outer Banks mempertahankan tone yang relatif ringan dan fun dibandingkan serial remaja yang lebih gelap seperti Euphoria atau 13 Reasons Why.
Untuk penggemar serial fantasi dengan skala epik, kalian mungkin juga tertarik dengan Review House of the Dragon Season 1 dan Season 2 atau Urutan Menonton Spin-Off dan Prekuel Series Game of Thrones untuk pengalaman menonton yang berbeda.
Netflix belum secara resmi mengumumkan Season 5 Outer Banks, tapi mengingat popularitas serial ini, kemungkinan besar akan ada kelanjutannya. Berdasarkan ending Season 4 dan berbagai interview dengan pemain dan kreator, ada beberapa kemungkinan arah cerita untuk season selanjutnya:
Season 5 mungkin akan lebih banyak mengeksplorasi dinamika Pogues sebagai profesional pencari harta karun, dengan tantangan bisnis dan etika yang muncul.
Hubungan JJ-Kiara dan kemungkinan romansa baru untuk Pope dan Cleo mungkin akan mendapat porsi lebih besar.
Serial ini konsisten menghadirkan antagonis baru yang punya koneksi dengan masa lalu karakter atau harta karun sebelumnya. Season 5 kemungkinan akan melanjutkan pola ini.
Setelah mengeksplorasi keluarga John B, Sarah, dan di Season 4 keluarga JJ, mungkin akan ada fokus lebih pada keluarga Pope atau Kiara.
Beberapa rumor juga menyebutkan kemungkinan spin-off atau film Outer Banks, meskipun belum ada konfirmasi resmi. Untuk informasi terbaru tentang film dan serial yang akan datang, cek artikel Film Terbaru 2025 dan Berita Casting dan Produksi Wednesday Season 2.
Setelah menganalisis keempat season Outer Banks, pertanyaannya adalah: apakah serial ini worth it untuk ditonton? Jawabannya adalah ya, dengan beberapa catatan.
Outer Banks menawarkan paket hiburan yang lengkap: petualangan seru, misteri menarik, drama remaja yang relatable, romansa yang bikin baper, dan visual yang memanjakan mata. Serial ini sempurna untuk binge-watching di akhir pekan atau liburan.
Season 1 adalah yang terkuat, dengan premis segar dan storytelling yang solid. Season berikutnya, meskipun tetap menghibur, mulai menunjukkan kelemahan dalam hal plot yang semakin tidak realistis. Namun, chemistry antar pemain dan charm karakter-karakternya tetap menjadi alasan kuat untuk tetap menonton.
Bagi yang mencari serial remaja dengan unsur petualangan dan persahabatan yang kuat, Outer Banks adalah pilihan yang sangat direkomendasikan. Namun, jika kamu tipe penonton yang sangat mementingkan realisme dan logika plot, mungkin akan sedikit terganggu dengan beberapa keputusan cerita di season lanjut.
Outer Banks berhasil menjadi salah satu serial remaja terbaik Netflix dengan kombinasi unik antara drama kelas sosial, petualangan harta karun, dan persahabatan yang mendalam. Meskipun memiliki beberapa kelemahan, terutama dalam hal konsistensi plot dan realisme, serial ini tetap menawarkan pengalaman menonton yang sangat menghibur dan addictive.
So, siap untuk menjadi Pogue dan memulai petualangan mencari harta karun? Jangan lupa untuk mengunjungi TV Review Spot untuk ulasan serial dan film lainnya yang mungkin menarik buat kamu!
Artikel ini ditulis oleh Daffa Nur Rafie Alam, CEO PT Resukion Digital Media dan kontributor di TV Review Spot. Untuk ulasan serial TV dan film lainnya, kunjungi website kami dan ikuti terus update terbaru dari dunia hiburan!
One thought on “Review Outer Banks Season 1-4: Petualangan Mencari Harta Karun yang Tak Pernah Membosankan”